Segera Berganti! IAIN Kediri Akan jadi UIN Syekh Wasil
16 Desember 2023
Gen Z dalam Pusaran Era Society 5.0
25 April 2021
Wisata Minggu Pagi di Tengah Kota Kediri, Taman Sekartaji
6 September 2023
dedikasi.id – Mencela bentuk tubuh atau yang populer dikenal dengan Body Shaming menjadi sebuah perilaku buruk masyarakat yang seolah diwajarkan bahkan hanya dianggap sebagai “candaan”. Mereka dengan santai melontarkan kata-kata yang menyakitkan dengan menghina, mengejek, atau mengolok bentuk tubuh seseorang yang dianggap tidak sesuai dengan standar rupawan para society. Dilansir dari Detik News, berdasarkan jumlah data kasus yang ditangani kepolisian, terdapat 966 kasus body shaming di Indonesia pada tahun 2018 yang sebagian besar korbannya adalah perempuan.
Bentuk body shaming sendiri bermacam-macam baik melalui lisan maupun tulisan di media sosial. Diantaranya adalah komentar yang menyamakan bentuk tubuh seseorang dengan hewan, sindiran halus seperti meminta seseorang untuk berolah raga, membandingkan bentuk fisik sebelumnya, hingga basa basi membahas bentuk tubuh ketika bertemu kawan lama sebagai salah satu siasat mencari topik pembicaraan. Iya, body shaming sebagai topik pembicaraan, lucu, kan?
Mirisnya, seringkali komentar-komentar tersebut hanya dianggap biasa, bahkan beberapa dikemas rapi dalam bentuk gurauan. Sayang, ketika korban mencoba membela diri, ia justru dilabeli baper atau bawa perasaan dan kata-kata “Off baperan” yang biasa digunakan untuk menimpali pembelaan korban atas “gurauan menyakitkan” yang diterimanya.
Banyak penyebab yang menjadikan body shaming kian meluas, seperti standar sosial yang menuntut seseorang “tampak sempurna”, seseorang yang merasa lebih baik dari orang lain, hingga kebiasan turun – temurun membahas fisik sebagai salah satu bentuk perhatian. Terkadang, orang- orang yang melakukan body shaming tidak paham akibat dari apa yang mereka lakukan, sehingga dengan mudahnya mereka mengomentari bentuk tubuh seseorang tanpa merasa berdosa. Padahal, perilaku yang dibilang bercanda ini bisa menimbulkan dampak buruk bagi penerimanya.
Menurunkan kepercayaan diri korban
Penyintas body shaming akan rentan mengalami rasa rendah diri dan marah kepada dirinya. Mereka menjadi terdoktrinisasi oleh perkataan buruk orang lain dan membuatnya melihat sisi negatif bentuk fisik diri sendiri. Hal ini membuat tekanan psikologis tersendiri bagi para penerima body shaming, seperti rasa cemas, rasa malu, hingga gangguan mental berat.
Meningkatkan resiko obesitas
Sebuah studi menunjukkan bahwa 6.157 peserta non-obesitasyang menerima diskriminasi mengenai bentuk tubuh mereka meningkatkan resiko 2,5 kali lebih rentan mengalami obesitas di tahun- tahun mendatang.
Meningkatkan resiko bunuh diri
Dilansir dari sehatq.com, penyintas body shaming rentan mengalami depresi. Meskipun tidak ada hubungan secara langsung antara bunuh diri dengan body shaming, namun depresi sebagai akibat dari body shaming bisa menjadi penyebab seseorang mengakhiri hidup.
Kebebasan berpendapat memang hak setiap orang, namun mengomentari fisik seseorang dengan kata-kata yang menyakitkan adalah perilaku yang tidak etis dan tak semestinya dilakukan. Maka dari itu, diperlukan solusi agar perilaku buruk ini tidak terus diwajarkan dan menjadi budaya di masyarakat.
Psikoedukasi bisa dilakukan sebagai solusi, mengingat salah satu penyebab adalah kurangnya edukasi mengenai body shaming di masyarakat. Ketika seseorang mengetahui dampak dari body shaming maka ini dapat mencegahnya dari melakukan tindakan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menyebarkan konten positif serta mendidik mengenai bahaya body shaming dan kesehatan mental sehingga bisa menyadarkan masyarakat. Penegakan hukum dan perlindungan korban pun perlu dijalankan agar kasus body shaming tidak terus meningkat.
Tak kalah penting, mengembangkan perasaan mencintai diri sendiri perlu dilakukan. Love Yourself ! Seseorang yang mencintai diri sendiri cenderung mampu menghadapi komentar-komentar negatif orang disekitarnya, Iibarat tameng yang menjadi pelindung dari body shaming. Cenderung fokus pada diri sendiri dan mengembangkan kelebihan daripada terus meratapi kekurangan akan menjadikan seseorang nyaman dengan dirinya dalam kondisi apapun.
Penulis: Nurfuduniyah
Editor: Cans
© 2023 Dedikasi.