dedikasi.id – Siapa yang tahu isi hati seseorang, ada yang tampak luar ia gagah, tegar, dan kuat, tapi ia menyimpan luka yang tak pernah terungkap. Mungkin ini menjadi perumpamaan yang tepat untuk gedung baru perpustakaan IAIN Kediri. Gedung tersebut tergolong masih baru, diresmikan bersamaan dengan penetapan alih status STAIN Kediri menjadi IAIN Kediri pada 2018 lalu. Gedung yang dibanggakan karena menjadi perpustakaan terbesar di Kediri ini agaknya menyimpan permasalahan.
Jika kita tengok ke belakang, pintu kaca perpustakaan pecah tak sengaja ditabrak oleh seorang mahasiswa. Kejadian itu cukup membuat heboh dan viral di media sosial. Tentu kita bertanya, gedung yang kabarnya dibangun dengan nilai fantastis itu mengapa mudah sekali rapuh?
Kembali terjadi, Jumat lalu (25/06) gedung tersebut menjadi perbincangan. Plafon dari hall theater perpustakaan yang berada di lantai 4 roboh ketika acara rapat civitas akademica IAIN Kediri. Dikutip dari portal online kediritangguh.co terdapat tiga saksi mata yaitu Andi Pratama (kepala keamanan), Finis Kurnianto, dan Moh. Irfan Burhani (Ketua Panitia Pelatihan Auditor Mutu Internal IAIN Kediri). Namun, hingga saat ini belum ada keterangan resmi dari pihak kampus.
Pada headline yang berbeda, pihak rektorat yang diwakili Budiyanto Kepala Bagian Umum IAIN Kediri berhasil ditemui wartawan, ia hanya mengatakan tidak adanya korban jiwa, dan runtuhnya plafon karena faktor cuaca yang buruk. Lagi-lagi ini mengundang tanya, bagaimana cuaca menyebabkan gedung bagian dalam runtuh? Kecuali, terjadi bencana alam seperti gempa, tanah longsor, atau lainnya yang merupakan kewajaran untuk dijadikan penyebab.
Sebuah tangkapan layar yang berisi larangan untuk menyebar informasi atas kejadian ini di kalangan dosen dan pegawai kampus juga patut menjadi perhatian. Larangan ini tentu melahirkan tanda tanya besar. Mengapa harus ditutup-tutupi? Mengapa pihak kampus seakan tak mau transparan? Apa yang sebenarnya ingin ditutupi? Udang di balik batu, kah?
Dari sisi mahasiswa, kejadian ini juga dikritisi oleh Senat Mahasiswa. Senat menuntut Rektorat untuk mengidentifikasi kembali kontraktor yang membangun gedung serta mengulas material yang digunakan. Bahkan, di awal pembangunan perpustakaan ini pun sempat diwarnai aksi demonstrasi, sebab pembangunan dinilai bermasalah.
Lantas, setelah berbagai keanehan yang terjadi pada gedung perpustakaan ditambah pembungkaman dari pihak kampus, akankah mahasiswa yang berjumlah ribuan juga ikut terdiam? Yaa, mungkin saja, toh kita sekarang bayar kuliah hanya untuk berkaca di gadget. Bahkan mungkin sudah lupa bentuk kampus, apalagi hall theater yang ada di lantai 4 itu. Yaa, bisa saja.
Penulis: M. I. R.