(DEDIKASI.ID) – Menginjak semester tujuh mahasiswa memulai KKN dengan lesu. Terbayang-bayang “gimana ya besok aku waktu KKN, aah gak mau KKN, hadeh pasti gak bisa pulang, nih” dan kalimat sejenis yang lain. Itu, sih buat anggota yang mungkin punya mental krupuk. Beda lagi kalau si ketua kelompok yang nesu. Ah, pasti sudah terbayang kalimat apa yang biasa dilontarkan ketua itu.
Selama 45 hari tinggal bersama, eitss tapi belum tentu hidup bersama yaaa. Banyak sekali peristiwa yang bikin mumet ketua kelompok. Yang pertama, memang sih, belum tentu yang KKN tinggal bareng satu kelompok cewek cowok. Tapi biasanya, nggak sedikit juga yang mempermasalahkan tempat tinggal yang digabung cewek cowok jadi satu. Apalagikan kampus islam hehe.
Yang ke dua, ketua harus ngurusin dan mikirin anggotanya yang satru terus. Masalah beda pendapat bisa jadi masalah yang besar dan berkelanjutan, eits tapi bukan 02, yaa hehe. Rawan nggak ada kerjasama tim kalau anggotanya satru terus ya, kan. Kalau gini bisa jadi si ketua punya masa depan yang repot.
Yang ke tiga, so pasti proker. Susah juga kalau nggak ada jadwal paten saat KKN. Coba bayangin, anggap saja hari senin ada jadwal mengajar SD dan yang berangkat itu yang disuruh, kalau nggak yang disuruh, ya yang mau-mau berangkat aja. Hari selasa ada Posyandu, yang berangkat juga yang disuruh. Terus buat anggota yang gabut bingung mau ngapain gimana? Nah, dari situ menurut saya, alangkah baiknya sebelum memulai kegiatan ada jadwal paten supaya nggak bingung, nggak engkel-engkelan kata orang jawa. Kalau sudah engkel-engkelan nanti bisa timbul satru.
Yang ke empat, nyircle. Circle di sini itu maksudnya adalah lingkaran pertemanan yang bisa dikatakan terbatas. Duh apalagi bakalan lebih ketara dan kerasa kalau tinggal bareng, bisa tahu mana circle si A mana circle si B. Kalau dipikir lucu tapi aslinya nggak lucu. Mau njajan aja bisa jadi masalah, ngajak ngajak njajan contohnya. Ini bisa jadi pergibahan yang tak kunjung usai. Si ketua mana bisa negur, itu kalau ketuanya nggak tegas, sih. Tapi kalau ketua tegas boleh dicoba negur kali, ya?
Yang ke lima, evaluasi hampir setiap hari sampai-sampai muncul pertanyaan “mau ngeval apa, sih?” Evaluasi yang baik menghasilkan output yang baik pula. Lah, kalau evaluasinya menghasilkan satru antar anggota? Sudah dari awal chemistrynya kurang, satru pula. Apa nggak mumet itu ketuanya. Mau netral takut diserang, nggak netral ya nggak boleh juga aslinya. Sampai-sampai bisa dapat julukan Ketua Umat-Umatan (kalau lagi sama si A pro si A, kalau lagi sama si B pro si B).
Isi dari evaluasi juga harusnya sudah dipersiapkan oleh BPH (Badan Pengurus Harian) untuk memimpin jalannya evaluasi, bukan malah saling tanya dan banyak diamnya, atau bahkan ngambek-ngambekan. Jadi badan pengurus harian juga harusnya nggak nyalah-nyalahin anggota melulu, minimal kasih contoh buat anggotanya, mengarahkan anggotanya, bukan disuruh-suruh dan disalah-salahin tok.
Yang ke enam, drama pasti ada dalam kegiatan KKN. Bisa jadi ini berlanjut gara-gara adanya circle pertemanan. Banyak drama yang sering terjadi di panggung kelompok KKN seperti, sindir menyindir, salah-salahan, sampai tangis-tangisan dan masih banyak drama lainnya.
Yang ke tujuh, cinlok. Sudah ketebak, anggota yang cinlok akan menghambat KKN, kalau nggak profesional. Bahkan, bisa mencemarkan nama baik kelompok dan almamater kampus, loh. Kok bisa? Awal mulanya gemes-gemes lucu gitu, eh keterusan jadinya eneg yang lihat. Apalagi kalau tempat tinggalnya bareng cewek cowok, hmm talah. Iya, betul sekali para pembaca sekalian, rawan melakukan hal yang tidak senonoh. Kalau sudah terjadi gimana? Ketua dong yang pertama disalahin.
Barangkali ada CCTV di tempat tinggal KKN kan hitungannya lebih savety, tapi kan ngga semua tempat KKN ada CCTV hehe. Sebagai anggota sepantasnya harus menjaga kesopanan. Dan ketua harus lebih aware dengan anggotanya yang kurang sopan, seperti contoh memakai pakaian yang kurang tertutup, berduaan lawan jenis, dan sebagainya. Karena waktu KKN kita dipinjami tempat tinggal yaa, sudah pasti nggak bisa seenaknya sendiri. Dipantau atau pun nggak sama CCTV, memang kewajiban seluruh anggota untuk menjaga image kelompok, kata orang jawa biar nggak ngisin-ngisini. Karena kalau terjadi sesuatu karena satu atau dua anggota imbasnya ke semua anggota.
Baca juga artikel terkait Opini atau tulisan menarik lain di dedikasi.id!
Penulis: Nurma
Editor: Niswa