dedikasi.id – Dalam survei mengenai negara yang paling masif menggunakan media sosial, Indonesia ditempatkan pada posisi 9 dengan durasi rata-rata mencapai 3 jam 14 menit dalam penggunaannya. Masyarakat Indonesia menjadi salah satu masyarakat paling aktif di media sosial.
Berdasarkan survei microsoft, tercatat 274,9 juta populasi, terdapat sekitar 202,6 juta masyarakat Indonesia merupakan pengguna internet. Sedangkan sekitar 170 juta jiwa sebagai pengguna aktif media sosial. Lima platform yang paling sering digunakan masyarakat Indonesia yakni YouTube dengan rasio 93,8 %, WhatsApp dengan 87,7 %, Instagram di kisaran 86,6 %, Facebook dengan 85,5 % dan posisi paling rendah ditempati Twitter dengan rasio 63,6 %. Generasi Z dianggap menjadi penyumbang terbesar dalam jumlah pengguna media sosial di Indonesia.
Seperti yang kita tahu, Generasi Z adalah mereka yang lahir dalam rentang tahun 1995 sampai dengan tahun 2010. Generasi ini identik dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Maka dari itu, mereka memiliki kecenderungan untuk berselancar mengakses beragam informasi tanpa mengenal batas. Mereka mengumpulkan jutaan informasi di dalam otak lalu dituangkan dalam bentuk interaksi antar sesamanya sebagai sarana bertukar informasi dan berdiskusi. Hal ini dapat membuat mereka rentan dari segi psikologis.
Efek dari cepatnya perubahan informasi menimbulkan kebingungan apabila tidak dapat menyaring informasi yang tersebar. Akibatnya, hal tersebut memunculkan potensi temperamental dan kelabilan emosi berkat gempuran informasi yang beragam. Selain itu dengan bebasnya akses media sosial membuka peluang berinteraksi secara bebas dengan mengesampingkan norma atau etika berkomunikasi bagi generasi Z yang bijak.
Tentu menjadi sebuah keuntungan jika akselerasi teknologi kian masif memperbesar peluang untuk mengasah skill dan wawasan bagi generasi Z. Banyaknya informasi yang didapatkan, harusnya menjadi sebuah kesempatan bagi generasi Z dalam menghasilkan beragam alternatif pemikiran sekaligus gagasan progresif, sehingga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Peluang semacam inilah yang harus dimanfaatkan oleh generasi Z dalam menghadapi society 5.0.
Era masyarakat 5.0 atau super smart society (society 5.0) diperkenalkan Pemerintah Jepang pada 2019. Dibentuklah sebagai solusi dan tanggapan dari revolusi industri 4.0. Society 5.0 meliputi integrasi 2 komponen antara dunia nyata dengan dunia virtual dalam mendukung seimbangnya pembangunan ekonomi serta pengentasan problematika sosial. Gen Z perlu mempersiapkan kemampuan yang tak biasa dalam hal berpikir sekaligus mulai beradaptasi dengan pola kontemporer yang lekat dengan hal kompleks karena cenderung memerlukan jangkauan berpikir tinggi.
Society 5.0 bisa dikatakan sebagai masyarakat yang melek teknologi. Mereka dituntut memahami sekaligus menguasai ilmu yang bersifat teknis. Seperti ilmu komputer yang tak hanya berorientasi pada pemahaman terkait hardware akan tetapi mengarah pada penguasaan perangkat lunak yang mau atau tidak harus dapat dikuasai. Apabila kita sebagai generasi Z tak menguasai hal tersebut, tentu akan menjadi stigma di masyarakat modern sekarang. Jika demikian, maka bisa dikatakan tak ada perbedaan antara generasi zaman dahulu dengan generasi zaman sekarang.
Baca juga artikel terkait Opini atau tulisan menarik lain di dedikasi.id
(dedikasi.id – Opini)
Penulis: Muhammad Iqbal. F
Editor: Cantika/Ela