dedikasi.id– Almamater adalah unsur yang tidak bisa dilepaskan dari lembaga pendidikan. Dalam tataran perguruan tinggi, almamater merupakan salah satu fasilitas yang diberikan pihak lembaga kepada mahasiswa sebagai tanda pengenal bagi tiap-tiap lembaga. Bagi mahasiswa, jas almamater adalah salah satu perangkat terpenting dan merupakan suatu kebanggaan untuk menunjukkan sebuah identitas mereka selama studi berlangsung. Namun, apa yang terjadi jika jas almamater yang diterima tidak sesuai ukuran?
Proses pembagian almamater terbagi menjadi beberapa periode yang mana mahasiswa mengambil almamater sesuai dengan jadwal yang telah diberikan oleh tiap-tiap fakultas.
Dalam kasus ini mahasiswa IAIN Kediri dibuat kecewa terkait almamater yang diterima tidak sesuai data sebelumnya. Hal ini menyebabkan saling menyalahkan antar fakultas dan mahasiswa lain.
Menanggapi fenomena tersebut, pada Selasa (23/03/2021) kru LPM Dedikasi mencoba menggali informasi tentang isu terkait kerancuan almamater dengan melakukan survei menggunakan Google form yang melibatkan 128 responden yang tersebar di seluruh fakultas di IAIN KEDIRI. Berikut adalah data-data yang terkumpul.
Dari data diatas didapatkan sebanyak 128 responden dari 4 fakultas yang mengikuti survei secara online. Fakultas-fakultas tersebut adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (35.9%), Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (23.4%), Fakultas Syariah (15.6%) dan Fakultas Tarbiyah (25%). Melihat data diatas, dapat diketahui bahwa persentase ukuran almamater yang diajukan dan yang diambil mengalami kerancuan. Banyak selisih yang terjadi seperti pada ukuran L sebanyak 45.3% mahasiswa mendaftarkan dan pada saat pengambilan mengalami penurunan drastis menjadi 28.6%. Sebaliknya, untuk ukuran XL dari 21.1% menjadi 36.5%.
Seperti halnya data diatas, dapat terlihat persentase kepuasan mahasiswa akan proses pembagian almamater. Persentase kepuasan dan ketidakpuasan mahasiswa sebesar 66.7% untuk mahasiswa yang puas dan 33.3% untuk mahasiswa yang tidak puas. Dalam hal ini, didapatkan kritikan dan saran serta pesan dan kesan dari para responden terkait proses pembagian tersebut yang ditujukan kepada pihak akademik.
Beberapa keluhan mahasiswa dari berbagai fakultas terekam pada Google form yang dibagikan pada hari Selasa (23/3). Keluhan mereka beragam mulai dari jas almamater yang kebesaran, kekecilan, atau kehabisan.
“Almamater yang saya dapat saat ini ukurannya besar sekali padahal pesennya dulu ukuran M dapatnya ukuran XL,” tulis Viola Risma dari prodi Hukum Keluarga Islam (HKI) Fakultas Syariah.
Selain itu, ada sebagian mahasiswa yang kehabisan almamater sesuai ukuran awalnya sehingga mereka mengambil ukuran yang tidak sesuai seperti yang dituliskan Ayu Lestari dari prodi Hukum Ekonomi Syariah.
“Waktu pengambilan almamater untuk ukuran M yang sesuai dengan saya habis, mau ambil yang ukuran L kebesaran lalu adanya S yang kurang lebih sesuai dengan ukuran saya jadi saya ambil ukuran tersebut.”
Kasus mahasiswa tidak mendapatkan jas almamater sesuai ukuran disebabkan saat pengambilan tak didapati keterangan ukuran terkait yang akan diambil oleh mahasiswa. Hal itu dipaparkan oleh Doni Sutrisno, salah satu pegawai yang bertugas pada bagian perlengkapan pada Kamis (01/04/2021).
“Saya gak tahu pasti sistem pembagiannya seperti apa, karena hanya dikasih kertas TTD yang tidak ada ukurannya. Saya jugabuingungnggak tahu ukurannya jadi saya tanyai ukurannya apa dan juga banyak mahasiswa mencoba terlebih dahulu jas almamaternya.”
Dari pernyataan Doni tersebut, dapat diketahui terkait situasi pada saat pengambilan almamater mahasiswa dibebaskan dalam memilih ukuran almamater dan pastinya setiap mahasiswa yang datang akan mendapatkan jas almamater yang sesuai dengan ukuran yang dikenakan.
Jalan keluar dan pelajaran ke depan
Menurut penuturan Husnur Rofiq, Kepala Bagian Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama, sistem sebenarnya diawali bagian pengadaan melalui Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (UKP BJ), kemudian dilanjutkan ke bagian akademik untuk pendistribusian berdasarkan nama-nama mahasiswa yang terdaftar setelah melakukan registrasi atau pendaftaran ulang. Terkait pemesanan jas almamater telah direncanakan tiga bulan sebelumnya melalui perkiraan-perkiraan jumlah jenis ukuran yang telah dipertimbangkan dengan tujuan almamater telah selesai dan dikenakan para mahasiswa baru.
Ia juga menyatakan bahwa pihak kampus akan memfasilitasi penukaran apabila memang ada yang tidak sesuai, “Lapor saja ke saya jika ada ketidaksesuaian ukuran almamater yang diterima mahasiswa, nanti bisa ditukar”.
Terkait hal ini mahasiswa dari berbagai fakultas berharap agar kejadian ini tidak terulang pada tahun berikutnya. Berbagai kritik dan saran mereka tuliskan di Google form. Salah satunya yaitu kritik datang dari Angela Putri, mahasiswa prodi HKI. Ia merasa sistem yang ada kurang efektif karena tidak ada data yang valid.
“Saya rasa kurang efektif, karena saat mengambil jas seharusnya sudah ada data ukuran yang kemarin sudah diisi saat daftar ulang, tapi dari petugasnya kita ditanya ingin ukuran jas apa. Akibatnya banyak sekali para mahasiswa yang meminta ukuran jas tidak sesuai data dengan alasan terlalu besar dan lain-lain. Akhirnya bagi yang mengambil jas akhir waktu, mungkin karena jauh rumahnya atau bagaimana, mereka mendapatkan ukuran sisa, yakni tinggal ukuran XL saja, padahal saat mendata dia tidak meminta XL. Jadi menurut saya benar jika dikatakan mendata ukuran jas saat daftar ulang hanya wacana saja,” keluhnya.
Hal senada juga disampaikan Yuning Sagita, mahasiswa prodi Perbankan Syariah. Ia merasa sangat kecewa dan menyarankan untuk menggunakan data yang telah diberikan oleh mahasiswa dari awal.
“Maaf sebelumnya, sangat mengecewakan. Seharusnya stok yang tersedia itu sesuai dengan data di awal. Jangan dengan mudahnya bilang kosong/habis. Saran saya, gunakan data-data ukuran yang diminati mahasiswa itu dengan sebaik-baiknya. Jika ada mahasiswa yang hendak mengambil almamater, seharusnya tidak boleh ganti ukuran almamater hanya karena dia mengambil almamater lebih awal daripada yang lain.”
Dari pernyataan di atas mahasiswa berharap untuk kedepannya agar pengambilan almamater dilakukan secara efektif dengan rincian ukuran yang detail agar mahasiswa bisa mencocokkan ukuran badannya dengan jas almamater. Pengawasan yang ketat juga diperlukan bertujuan untuk meminimalisir adanya kecurangan dari setiap mahasiswa.