dedikasi.id – Beberapa tahun lalu, energi listrik tak dilirik bahkan tak terpikirkan akan menjadi energi utama hingga diproyeksikan sebagai energi alternatif. Tidak banyak orang yang memperhatikan peluang energi listrik sebagai bahan bakar kendaraan bermotor ketika mayoritas orang nyaman mengendarai kendaraan berbahan bakar bensin. Namun, kini persepsi telah berubah ketika perusahaan otomotif berlomba dan saling sikut merebut hati konsumen dan berpacu dengan pangsa pasar dalam rangka memperkenalkan mobil listrik andalannya.
Masyarakat dunia sebelumnya tak pernah mengenal perusahaan otomotif Tesla apalagi melihat produk andalannya karena jarangnya muncul di jalanan. Perusahaan ini tidak setenar pabrik-pabrik jepang di kancah otomotif dunia. Tesla terbilang masih seumur jagung sehingga menjadikannya pabrikan yang tidak populer. Beberapa tahun lalu dari segi produksi, rasionya lebih kecil dibanding pabrikan raksasa asal Amerika, Eropa dan Jepang yang sudah populer. Meski terbilang masih seumur jagung akan tetapi inovasi Tesla patut diacungi jempol dengan menawarkan berbagai pendekatan futuristik canggih mengalahkan kecanggihan pabrik lainnya.
Dikutip dari CNBC Indonesia Tesla Motor Inc dimotori oleh sepasang insinyur Martin Eberhard dan Marc Tarpenning dengan tujuannya tidak lain menciptakan sebuah kendaraan yang cepat, nyaman dan menyenangkan. Selain itu, Tesla dirancang sebagai bentuk kampanye pengurangan penggunaan bahan bakar minyak dan beralih ke energi masa depan nol emisi. Motif lain dari pendirian Tesla adalah terjadinya penghancuran mobil listrik oleh produsen otomotif General Motors (GM). Pada februari 2004, Elon Musk berinvestasi di Tesla hingga menjadikannya chairman di perusahaan tersebut. Musk membawa misi yakni memasyarakatkan mobil listrik sekaligus memperkenalkan mobil jenis sport. Sebagai penjajakan awal sebelum merambah pada kendaraan yang lebih populer berupa sedan, Musk mendorong bahan rancang badan mobil memiliki komposisi carbon-fiber-reinforced polymer hingga ia rela menyuntikkan dana pribadi sebesar 7,5 juta dolar sebagai investasinya.
Global Green menjadi penghargaan pertama Elon Musk dari presiden Uni Soviet, Mikhail Gorbacev pada tahun 2006. Dua tahun kemudian, pendiri awal Tesla menanggalkan jabatannya di Tesla karena desakan para direksi perusahaan, Musk kemudian menjadi CEO. Di tangannya, Tesla mampu memproduksi mobil hingga 147 unit pada periode tersebut sekaligus mampu melakukan produksi Tesla seri S melalui suntikan dana departemen energi AS senilai 465 juta Dollar. Pada tahun 2010, angka produksi Tesla menembus 6000 unit pesanan konsumen. Pada 2012 Tesla melakukan inovasi dengan mengembangkan varian lainnya. Tesla seri X Crossover kemudian berhasil dirilis ke publik pada 2015 dengan klaim paling aman, cepat, dan mumpuni di kelasnya menjadi sebuah kelebihan dibandingkan seri S dan pada 2016 dirilis seri lainnya yakni Model 3 dengan harga yang lebih murah. Elon kian populer di kalangan masyarakat dunia dengan kejeliannya melihat peluang pengembangan teknologi masa depan dan akhirnya berhasil dan berkembang pesat melebihi ekspektasi masyarakat.
Mobil listrik tidak hanya ditopang dinamo elektrik komponen lain seperti baterai juga amat penting sebagai tenaga penggerak utama Sehingga Indonesia amat berpeluang menjadi produsen mobil listrik. Semua itu tak terlepas dari adanya nikel. Nikel menjadi komposisi utama baterai litium. Dilansir dari laman Nikel.co.id berdasarkan data dari Badan geologi Amerika serikat pada 2019 menempatkan Indonesia di posisi puncak mengungguli negara super power seperti halnya Amerika, Rusia dan China, dengan capaian produksi nikel hingga 800.000 Metrik Ton dan memiliki cadangan nikel mencapai 21 juta MT.
Bukan mustahil bagi Indonesia untuk bisa sukses seperti halnya Tesla semua itu tak lepas dari dukungan semua pihak tak terkecuali pemerintah. Penyediaan dana riset amat sangat dibutuhkan untuk kelanjutan pengembangan agar tak mangkrak dan bisa dikomersilkan. Selain itu, regulasi tumpang tindih dan tidak jelas juga harus diperbaiki agar mobil listrik bisa mengaspal. Indonesia bisa belajar dari Vietnam dengan Vinfastnya dan Malaysia dengan Protonnya. Keseriusan pemerintah Vietnam misalnya dalam pengembangan mobil nasional, tak segan mengadopsi teknologi yang ada pada Tesla hingga mampu menghasilkan dan masuk pasar ekspor Amerika dan Kanada.
Baca juga artikel terkait Opini atau tulisan menarik lain di dedikasi.id
(dedikasi.id – Opini)
Penulis: Iqbal
Editor: Cantika