Tegak kebenaranmu sangatlah ku kenang
Semangatmu membara bagaikan api berkoba
Meski keadilan hanya persetan
Kebenaran yang dihancurkan.
Sajakku cuma tulisan
Mataku menjadi buta
12 orang tanpa dosa
Lenyap tanpa pemberitahuan.
Padahal aku cuma membela temanku
Tapi kenapa?
Sampai selangkanganku kau acak-acak, perut bercacak darah
Luka robek di mana-mana
Sekujur tubuhku membiru kaku
Tergeletak di hutan Wilangan.
Waktu perjalanan di Amsterdam
Di udara kau suguhkan jus Mangga
Ku tenggak sampai tak bernyawa
Kini teror-teror mencekamku sudah tidak ku rasakan.
Aku rela menjajaki jeruji besi di mana-mana
Aku rela menyamar, identitasku biar tidak tersebar!
Aku rela bersembunyi di tengah hutan.
Dor!!!
Identitasmu kini telah diketahui
Mampus kau, ku kambing hitamkan menjadi kaum kiri.
Padahal tidak ada pentas Wayang
Hingga kini dalangnya belum tahu siapa.
Tapi kenapa?
Ada yang hilang tanpa kabar
Ada yang dirobek-robek tubuhnya
Ada yang diracun di udara
Ada yang difitnah sampai tak bernyawa.
Aku tidak hilang!!!
Aku akan terus ada!!!
Aku berlipat ganda!!!
Aku takkan berhenti!!!
Aku selalu ada!!!
Aku takkan mati!!!
31, Oktober 2021.
Penulis Arya Gilang Saputra, laki-laki kelahiran 2002 ini tinggal di Kediri, Jawa Timur. Sekarang menempuh S1 Komunikasi Peyiaran Islam di IAIN Kediri. Menulis adalah menjajak aksara dan meluapkan isi hatinya. Selain menulis ia sangat suka membaca buku novel maupun non diksi. Saat ini, penulis berdomisili di Semampir, Kota Kediri. Pembaca bisa lebih dekat dengan penulis lewat akun sosial media instagram ary_glng