(DEDIKASI.ID) – Goa Selomangleng merupakan salah satu ikon budaya Kediri yang menyimpan banyak kisah sejarah di dalamnya. Goa ini terletak di gugusan Gunung Klotok, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Berdasarkan namanya, “selo” yang berarti batu dan “mangleng” yang berarti cerukan, goa ini terbuat dari batu andesit hitam dan merupakan goa buatan manusia bukan terbentuk secara alami. Beberapa peneliti sepakat bahwa goa ini menjadi tempat pertapaan tua yang memiliki corak budaya dari masa kerajaan Kahuripan hingga kerajaan Majapahit. Bisa dikatakan bahwa goa ini terus digunakan meskipun telah berganti masa kerajaan.
Terdapat kisah sejarah yang dapat dipelajari melalui berbagai relief yang terukir di sepanjang dinding goa. Dianico atau yang akrab disapa Mas Ocin sebagai pengurus SAKA Pariwisata Kota Kediri mengatakan bahwa Goa Selomangleng merupakan satu-satunya goa yang memiliki pahatan relief pada dindingnya. Setiap relief yang terdapat dalam goa memiliki banyak kisah dan pesan mulai dari gambaran suasana masyarakat sekitar pada masa kerajaan Kahuripan hingga relief kehidupan manusia dari lahir sampai meninggal.
“Yang menarik dari Goa Selomangleng ini adalah beberapa pahatan relief yang terdapat di dalamnya,” ujarnya.
Di dinding sebelah utara pada sisi barat terdapat relief yang menggambarkan keharmonisan masyarakat pada masa itu. Terdapat sebuah gazebo yang menjadi pusat kegiatan masyarakat mulai dari perdagangan, seni budaya, dan sebagainya. Di sebelah gazebo juga terdapat sebuah gentong yang digunakan untuk mencuci tangan dan digunakan untuk minum oleh orang yang ingin beristirahat di gazebo tersebut.
Ada juga relief rumah di sisi dinding utara sebelah barat yang merupakan desain rumah pada masa itu yang berbentuk rumah panggung dengan atap miring yang bertujuan agar air langsung turun dan juga tahan dengan gempa. Disekitar rumah juga menggambarkan ada beberapa orang yang sedang melakukan aktivitasnya. Dibagian pojok utara dinding goa terdapat relief dengan ukiran seorang pemburu dengan anjing sedang menangkap kera yang terperangkap jebakannya.
Kemudian pada dinding utara sebelah timur terdapat relief yang menggambarkan filosofi kehidupan manusia yang sebentar. Mulai dari kandungan ibu kemudian lahir kedunia dan pada akhirnya meninggal. Pada relief yang tersebut juga menggambarkan pemakaman pada jaman dulu. Pemakaman tidak hanya dikremasi dengan cara dibakar tetapi juga ada yang dikubur, dan ada juga yang hanya diletakkan di suatu tempat seperti pada relief yang menggambarkan banyak tengkorak dan mayat dengan usus terurai yang bertujuan agar tidak meledak.
“Relief yang ada di Goa Selomangleng ini menjadi sebuah manuskrip sejarah yang jadi media komunikasi orang jaman dulu dengan jaman sekarang di dalamnya ada banyak filosofi-filosofi kehidupan manusia. Ya karena pahatan-pahatan itu punya pesan bagi masyarakat terutama masyarakat Kediri khususnya. Selain itu estetika dari ukiran relief dan hiasan sekitarnya ini bisa jadi referensi visual bertema budaya bagi kaum muda,” tutur Mas Ocin.