(DEDIKASI.ID) – IAIN Kediri berkomitmen untuk memperluas wawasan keagamaan, ilmiah, dan sosial melalui perubahan status menjadi UIN Syekh Wasil. Implikasi dari hal ini nantinya akan menciptakan lingkungan akademis yang inklusif serta berdaya saing tinggi. Mengenai waktu pasti perubahan status ini bisa dipastikan tidak akan lebih dari awal tahun 2024 (Seminar Nasional: Transformasi IAIN Kediri menuju UIN, 08/12/23).
Rektor IAIN Kediri, Wahidul Anam menyampaikan bahwa IAIN Kediri sudah melengkapi syarat-syarat transformasi menjadi UIN Syekh Wasil. Diantaranya IAIN Kediri memiliki kurang lebih 12.000 Mahasiswa, lima guru besar, dan dua program studi yang sudah terakreditasi A, yakni Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) dan Pendidikan Bahasa Arab (PBA). Pembangunan dan fasilitas mahasiswa juga akan terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan universitas.
Mengenai cakupan pendidikan ilmiah, setelah perubahan status, IAIN Kediri akan diberi wewenang untuk membuka program studi baru yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Dalam hal ini, penambahan fakultas dan dosen juga akan dilakukan untuk mendukung penambahan program studi. Program studi tambahan bisa bersifat umum ataupun keagamaan sesuai kebutuhan masyarakat.
Untuk mendukung transformasi dari IAIN Kediri menuju UIN Syekh Wasil, akan ada program perkenalan terkait perubahan nama ini. Rencananya sosialisasi akan diadakan setelah SK presiden turun. Namun, untuk kejelasannya masih belum bisa diprediksi.
“Sosialisasi akan dilakukan, tetapi jadwalnya belum dapat diprediksi, karena keterlibatan pihak eksternal. Meskipun demikian, semua persyaratan sudah terpenuhi untuk mendukung perubahan,” ujar Wahidul Anam.
Baca tulisan lainnya
Perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing kampus melalui peningkatan akademik seperti integrasi keilmuan), implementasi digitalisasi, dan peningkatan fasilitas. Perbaikan di segala lini akan dilakukan untuk memenuhi standar nasional dan internasional secara bertahap. Untuk mencapai hal ini, maka perubahan yang dilakukan tidak hanya terfokus pada program studi agama tetapi juga mencakup program studi umum.
Dalam visi UIN Syekh Wasil yang dibacakan pada agenda Seminar Nasional yang juga disampaikan bahwa keilmuan UIN Syekh Wasil mengungsung integrasi, dimana tidak ada perbedaan antara ilmu umum dan ilmu agama. Pendekatan ini menekankan bahwa semua ilmu dianggap sebagai ilmu agama.
“Filosofi keilmuan UIN Syekh Wasil adalah tidak mengenal, tidak di kutubi, antara ilmu agama dengan ilmu umum, pada hakikatnya semua ilmu adalah ilmunya Allah SWT,” ujar Wahidul Anam mengakhiri sambutan.
Mengiringi hal ini, tanggapan positif hadir dari mahasiswa. Pengintegrasian dan penyamarataan semua bidang keilmuan dan prodi akan membawa dampak positif karena tidak akan ada lagi hierarki jurusan satu sama lain. Tak bisa dipungkiri, acap kali hal seperti ini juga berpengaruh terhadap mental mahasiswa. Dukungan-dukungan positif terlihat dari banyaknya perbincangan mahasiswa di kelas-kelas dan foto gerbang baru fakultas Syariah yang bertebaran di lini media sosial.
Selain tanggapan serupa, terdapat juga beberapa tanggapan yang tidak hanya ber-euforia akan perubahan status ini. Namun, juga menyoroti permasalahan yang bisa saja luput dari sorotan media. Salah satunya adalah tanggapan dari Achmad Fauzan Syaikhoni mahasiswa semester 7 prodi KPI.
“Meskipun saya sudah mau lulus, tapi kabar ini cukup menyenangkan. Masuk sini masih IAIN lulus udah jadi UIN. Ya meskipun pihak kampus masih perlu berbenah di hal-hal kecil ya. Permasalahan seperti toilet yang kadang berfungsi kadang ngga, beban kerja dosen yang awur-awuran (banyak dosen muda merangkap atau palugada) itu perlu diperhatikan. Mau gamau integrasi keilmuan itu ya pucuknya ada di dosen, jadi ga maksimal kalo kaya gitu,” ujar Fauzan kepada tim Dedikasi.
Baca tulisan menarik lainnya di Dedikasi.id!
Reporter : Handy, Rohma
Penulis : Azqiya, Cindy
Editor : Finaqurrota