Gen Z dalam Pusaran Era Society 5.0
25 April 2021
Segera Berganti! IAIN Kediri Akan jadi UIN Syekh Wasil
16 Desember 2023
Wisata Minggu Pagi di Tengah Kota Kediri, Taman Sekartaji
6 September 2023
dedikasi.id – Kediri yang memiliki luas 1577 km² dan terpecah menjadi dua bentuk pemerintahan yakni kabupaten dan kota adalah sebuah kawasan yang memiliki sejarah panjang dalam keberagaman, baik dalam agama, kepercayaan maupun latar belakang yang lain. Meski begitu, kedamaian tetap terjaga di dalam keberagaman tersebut. Untuk menjaga keberagaman dan kedamaian yang ada, berdirilah sebuah Lembaga masyarakat Bernama PALM.
PALM merupakan singkatan dari Paguyuban Lintas Masyarakat yang bergerak di bidang sosial antar umat beragama dan kepercayaan. Lembaga non-pemerintah ini aktif di Kediri Raya meliputi kabupaten dan kota. PALM mendeklarasikan diri pertama kali pada tanggal 10 November 2010 di Studio Dhoho TV.
Menurut salah satu pendiri pertama PALM, Taufik Alamin, PALM ini hadir melalui proses yang tidak sebentar. Ia mengakui sudah memulai untuk bergerilya dan berkomunikasi dengan tokoh-tokoh agama sejak awal priode 2000-an. Itu dilakukannya untuk membangun komunikasi dan semangat kebhinekaan.
“Sejak tahun 2000-an sudah bergerilya mengelilingi komunitas lintas masyarakatan juga. Dan juga didukung oleh kekuatan antar tokoh agama dan yang dari pondok pesantren yakni K.H Imam Mahrus dan Gus Reza,” ungkapnya.
Laki-laki yang juga beraktifitas sebagai dosen di IAIN Kediri tersebut juga menuturkan jika Kediri lahir atas dasar keberagaman. Pada saat kerusuhan dan krisis 1998, seluruh elemen masyarakat kompak berdeklarasi akan menjaga keutuhan, kerukunan dan kedamaian Kediri dari konflik.
PALM hadir di saat momen satu tahun kematian Gus Dur. Alissa Wahid pada waktu itu datang ke Kediri untuk menyampaikan pesan bahwa perlu penataan organisasi berbasis kebhinekaan. Itu dilandasi sosok Gus Dur yang telah tiada, salah seorang yang memperjuangkan kedamaian dalam keberagaman.
Taufik Alamin yang juga pernah menjadi bagian Paguyuban Antar Umat Beragama (PAUB) tahun 2005 akhirnya memulai percakapan kepada tokoh-tokoh lintas agama. Pertemuan berlangsung hingga 23 pertemuan hingga akhirnya ditentukanlah PALM sebagai wadah gerakan tersebut.
“Dipilihnya nama PALM bukan gusdurian karena ingin menjadi sebuah lembaga lintas sosial dan masyarakat sendiri. Sedang gusdurian lebih bersifat umum semua pengikut Gus Dur,” ujarnya.
Kegiatan organisasi PALM bersifat sosio-kultural dengan terus melakukan kunjungan antar tempat beribadah dan komunikasi. Menurutnya, kerukunan sangat penting dalam berjalannya ekonomi, pendidikan dan sosial.
Selain kunjugan, lembaga ini juga melakukan beberapa agenda yakni “Sekolah Multikultural” yang berupa acara selama dua hari dimana semua agama tinggal dan hidup bersama. Selain itu ada jalan “Sehat Bhineka Tunggal Ika” di sepanjang jalan Dhoho. Hadir juga Kegiatan lomba futsal bersama serta gerakan sosial peduli bencana gunung Kelud dan bagi takjil bersama saat puasa.
Dosen IAIN Kediri itu juga menambahkan pentingnya sinergi antara seluruh elemen, yakni tokoh agama, pemerintah, dan masyarakat.
Organisasi yang telah mendapat surat legalitas dan resmi dimata hukum 6 tahun lalu itu akan terus mengawal proses-proses dalam edukasi terkait pentingnya wawasan multikultural, kebersamaan, toleransi, dan sebagainya.
“2015 sudah menjadi organisasi yang resmi tercatat oleh negara. Dan pentingnya segitiga hubungan bergama yang harus dijaga yakni tokoh agama dengan tokoh agama lain, tokoh agama dengan pemerintah dan antar umat yang agama.”
Di akhir pertemuan dengan pendiri PALM tersebut, ia mengatakan jika paguyuban ini bersifat terbuka dan diisi oleh seluruh umat beragama dan penghayat di Kediri. Lembaga ini terus berusaha untuk meregenerasi dan menyampaikan pesan multikultural dan pentingnya menjaga keberagaman dan kerukunan walaupun berbeda.
Baca juga artikel terkait Berita atau tulisan menarik lain dedikasi.id
(dedikasi.id – Berita)
Penulis : Eko
Editor : Firnas
© 2023 Dedikasi.