(DEDIKASI.ID) – Sitasi menggelar pemutaran film dan diskusi bareng Vol.1 di Sekolah Alam Ramadhani, Mojoroto, Kota Kediri, pada Rabu, (13/09). Acara yang dihadiri sekitar 50 peserta ini, berhasil menarik perhatian pengunjung dari berbagai kalangan. Pemutaran film dimulai secara paralel dengan dua film dokumenter berjudul ‘Menari dalam Sunyi’ yang diproduksi oleh kediripedia dan ‘Pinisi Harapan’ oleh komunitas Raganyala.
Pramudya selaku perwakilan dari Sitasi sekaligus penyelenggara menjelaskan bahwa tujuan diadakannya acara ini untuk menekankan penyandang disabilitas terhadap perspektif masyarakat. Dimana keberadaan penyandang disabilitas kurang diperhatikan karena kekurangan yang mereka miliki.
“Yang ingin saya tonjolkan disini itu bahwa kaum difabel itu ada loh,” ujarnya.
Film Menari dalam Sunyi berkisah tentang perjuangan guru dan siswi tunarungu yang bertekat untuk bisa menari meskipun tidak bisa mendengarkan iringan lagu. Di tengah keterbatasan, mereka tidak patah semangat dan terus giat berlatih agar bisa tampil di depan masyarakat dengan sebaik mungkin. Uniknya lagi film Menari dalam Sunyi merupakan film dokumenter yang dikerjakan oleh para sineas yang pernah menjadi finalis karya audio visual.
Fatikhin selaku sutradara dalam film tersebut mengatakan bahwa harapan dengan adanya film ini adalah untuk mewadahi para sineas. Selain itu pembuatan film ini juga didasari oleh semangat para penyandang disabilitas yang tetap berusaha dengan segala keterbatasannya.
“Salah satu jembatan untuk mewadahi agar film dokumenter mendapat tempat. Salah satunya untuk mewadahi para sineas di Kediri yang mempunyai karya dan memberikan semangat pada anak-anak tunarungu bahwa dengan keterbatasan, mereka masih dapat berkembang dengan cara lainnya,” ujarnya pada tim LPM Dedikasi.
Baca tulisan lainnya
Film kedua yang berjudul Pinisi Harapan menceritakan seorang difabel bernama Sobirin, yang kini sukses menjadi pengrajin bambu setelah sebelumnya sempat tidak bisa bangkit dari tempat tidur selama dua tahun. Kisah Sobirin dalam film ini melibatkan wawancara secara langsung kepada Sobirin dan keluarganya. Ia menceritakan bagaimana mereka bangkit dari musibah yang menyebabkan Sobirin lumpuh hingga mereka bangkit dari musibah tersebut.
Reza Pradana salah satu pemantik diskusi dan perwakilan komunitas Raganyala berharap dengan adanya film ini, akan menyadarkan masyarakat bahwa penyandang disabilitas adalah sama dimata semua orang.
“Dari film ini saya juga ingin membuka perspektif kuno terhadap kaum difabel, saya ingin memberitahu pada audiens bahwa difabel itu sama seperti kita juga, harus kita hargai dan semangati,” terangnya.
Selain itu Anda salah satu penyandang disabilitas berharap dengan diadakan film ini dapat membantu para disabilitas semangat dalam menjalani kehidupan mereka. Selain itu, ia sangat senang bisa membawakan film tersebut dan menampikannya kepada banyak masyarakat.
“Film tersebut yang mengisahkan seorang difabel dengan kehidupan yang lebih membuat saya yang termasuk dari bagian tersebut bisa semangat lagi, bisa berkarya dalam hal apapun tanpa memandang kekurangan saya,” ujar Anda pada tim LPM Dedikasi.
Baca tulisan menarik lainnya di Dedikasi.id!
Reporter : Bella, Agiel
Penulis : Lela, Agiel
Editor : Riyadus