Segera Berganti! IAIN Kediri Akan jadi UIN Syekh Wasil
16 Desember 2023
Gen Z dalam Pusaran Era Society 5.0
25 April 2021
Wisata Minggu Pagi di Tengah Kota Kediri, Taman Sekartaji
6 September 2023
dedikasi.id – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri dan Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) DK Kediri mengadakan “nonton bareng” serta diskusi Film Kubur, Kabar, Kabur karya Watchdoc pada Rabu (29/4). Acara tersebut dilaksanakan di sekretariat AJI Kediri, Jl. Adisucipto 15 B Kelurahan Banjaran Kota Kediri.
Acara tersebut dimulai sekitar pukul 19.00 WIB. Peserta yang hadir di acara tersebut berasal dari berbagai kalangan, seperti aktivis kampus, pers mahasiswa, dan para jurnalis.
Sekretaris Jenderal (sekjen) PPMI DK Kediri, Pipit Syahrodin, menjelaskan beberapa tujuan diselenggarakannya acara nobar ini.
“Tujuan acara ini selain untuk mempererat silaturahmi antar pers mahasiswa (persma) kediri maupun pers umum, juga untuk menambah pengetahuan jurnalistik dan kebebasan pers bagi persma dan pers nasional,” jelasnya saat diwawancara oleh kru LPM Dedikasi seusai acara.
Setelah menonton film selama 49 menit, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dipandu oleh Pipit Syahrodin bersama 2 pematik yaitu Kholisul Fatikin, jurnalis AJI dan Ahmad Eko Hadi, pengurus PPMI DK Kediri biro advokasi.
Mahfud, salah satu peserta nobar dari Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HmI menyoroti perlunya solidaritas diantara jurnalis.
“Jika kekerasan terjadi pada jurnalis seharusnya ada solidaritas yang mampu mengubah kebijakan publik,” ujarnya saat diskusi.
Setelah diskusi selesai, Danu sukendro, Ketua AJI Kediri memberikan tanggapannya pasca menyaksikan film tersebut serta berharap teman-teman bisa menumbuhkan semangatnya dalam melawan kekerasan dan memperjuangkan keadilan.
Ia memberikan contoh kasus salah satu wartawan surat kabar harian asal Yogyakarta, Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin, yang dianiaya oleh orang tak dikenal pada 13 Agustus 1996 dan meninggal tiga hari setelahnya. Mengutip dari artikel tirto.id, penganiayaan tersebut diduga kuat karena pria yang akrab disapa Udin tersebut gencar memberitakan penyelewengan Bupati Bantul saat itu, Sri Roso Sudarmo.
Danu menegaskan bahwa dalang sebenarnya dari kasus tersebut belum ditemukan sampai sekarang. Ia berharap kasus kekerasan terhadap jurnalis apalagi sampai penghilanyan nyawa seseorang tidak akan terjadi lagi kedepannya.
“Semoga tidak ada udin-udin lagi” katanya.
Baca juga artikel terkait Berita atau tulisan menarik lain di dedikasi.id
Penulis: Aslam
Editor: Firnas
© 2023 Dedikasi.