(DEDIKASI.ID) – Mahasiswa Program Studi Psikologi Islam, IAIN Kediri mengadakan Kuliah Lapangan Kelas Psikologi Perdamaian di Dusun Sumberjo, Desa Jambu, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri pada Sabtu, 21 Desember 2024.
Dosen pengampu mata kuliah Psikologi Perdamaian, Sunarno, menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan kuliah lapangan ini dengan harapan mahasiswa dapat belajar secara langsung dari masyarakat.
“Mahasiswa akan menggali informasi, sesrawungan dengan warga di sini, sehingga mereka bisa memahami keberagaman agama yang mendamaikan. Kita yang katanya para akademisi ini harus rendah hati mau belajar kepada masyarakat secara langsung,” ujar Sunarno.
Kegiatan kuliah lapangan ini mengusung tema “Gamelan Sebagai Bina Damai Lintas Agama.” Tema ini dipilih dengan alasan yang kuat, salah satunya karena gamelan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Dusun Sumberjo. Gamelan bagi warga bukan sekedar alat musik, tetapi juga sarana untuk membangun komunikasi dan perdamaian lintas agama.
“Gamelan bagi warga Dusun Sumberjo dijadikan sebagai salah satu sarana ruang bertemu lintas agama,” tambah Sunarno.
Lebih lanjut, Sunarno yang juga sebagai peneliti Psikologi Indigenous dan Budaya menjelaskan bahwa gamelan memiliki nilai historis dan budaya yang sangat penting.
“Gamelan adalah produk kebudayaan Jawa yang sudah teruji sejak ribuan tahun lalu. Lalu, sejak 15 Desember 2021, gamelan diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Saya pikir, kita tidak punya alasan untuk tidak kembali ke gamelan, kembali ke kempung sendiri,” tambah Sunarno.
Baca tulisan lainnya
Dalam kuliah lapangan ini, mahasiswa tidak hanya mempelajari teori tentang keberagaman agama dan budaya, tetapi juga langsung terlibat dalam kegiatan sosial yang mengedepankan nilai-nilai toleransi antar umat beragama.
Salah satu tempat yang menjadi contoh nyata dari penerapan prinsip toleransi adalah Dusun Sumberjo, yang terletak di Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri.
Dusun Sumberjo adalah sebuah Dusun yang menjadi teladan hidup rukun dalam keberagaman. Dusun ini dihuni oleh masyarakat dari empat agama yaitu Islam, Hindu, Kristen dan Katholik. Meski berbeda keyakinan, warga Sumberjo hidup berdampingan dengan penuh keharmonisan, hidup saling menghormati dan menjaga toleransi antar umat beragama.
Suwarno, seorang tokoh masyarakat setempat, menjelaskan bahwa kondisi sosial di Dusun Sumberjo sangat baik.
“Banyak kegiatan agama yang saling melaksanakan kegiatan masing-masing, dan sebagai tolok ukur toleransi, pada saat perayaan hari besar agama, meskipun berbeda keyakinan, semua warga ikut turut membantu mengkondisikan acara perayaan dan saling mengunjungi,” ujar Suwarno.
Keberagaman ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, salah satunya ketika umat Islam merayakan idul fitri, warga dari agama lain turut membantu persiapan dan merayakan bersama. Begitu pula saat umat Hindu merayakan Nyepi atau umat Kristen dan Katolik merayakan Natal, warga Dusun lainnya tidak untuk berbagi kebahagiaan dan menjaga suasana damai.
Selain kegiatan keagamaan, salah satu simbol toleransi dan persatuan yang unik di Dusun ini adalah keberadaan gamelan di Sanggar Pura Dewi Ratih. Di Sumberjo, gamelan menjadi milik bersama. Semua warga, tanpa memandang agama, dapat memainkan gamelan tersebut.
“Gamelan di Dusun ini, walaupun bertempat di Pura, tapi gamelan juga dimainkan oleh segala agama yang ada di Dusun ini. Beberapa pemain gamelan juga berasal dari berbagai agama,” ungkap Lukito sebagai pengurus Sanggar dan Pamong Kesenian di Dusun Sumberjo.
Suara gamelan yang mengalun di Sanggar Pura Dewi Ratih menciptakan suasana yang penuh keharmonisan. Setiap dentingan nada, menjadi simbol kebersamaan yang melampaui perbedaan agama. Warga dari berbagai latar belakang sering berkumpul di Sanggar untuk belajar dan memainkan gamelan bersama, menciptakan suasana hangat yang mempererat tali persaudaraan antar umat beragama.
Di Sumberjo, keberagaman bukan hanya sekadar tentang perbedaan agama, tetapi juga perwujudan nyata dari sikap saling memahami dan menghargai. Dusun ini mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu, melainkan kekayaan yang harus dirayakan. Dengan gamelan sebagai simbol persatuan, Dusun Sumberjo menjadi contoh nyata bahwa toleransi dan persatuan adalah jalan menuju kehidupan yang damai dan harmonis.
Semangat Bhinneka Tunggal Ika benar-benar hidup di Dusun Sumberjo, menjadikannya inspirasi bagi dusun-dusun lain untuk merawat keberagaman dengan cinta dan pengertian. Di tengah perbedaan, mereka menunjukkan bahwa hidup berdampingan dalam keharmonisan adalah mungkin, bahkan lebih indah jika dilakukan dengan saling menghormati satu sama lain.
Kegiatan kuliah lapangan ini menjadi momen berharga bagi mahasiswa Psikologi Islam IAIN Kediri untuk mengembangkan wawasan mereka mengenai keberagaman sosial dan agama, serta memahami bagaimana kesenian dan budaya lokal dapat berperan sebagai sarana untuk menciptakan perdamaian dan harmoni dalam masyarakat. Selain itu, melalui kuliah lapangan seperti ini, semakin banyak pihak yang menyadari pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama dengan memanfaatkan budaya lokal yang diwariskan secara turun-menurun.
Dengan berakhirnya kegiatan kuliah lapangan ini, diharapkan mahasiswa Psikologi Islam IAIN Kediri dapat menerapkan nilai-nilai yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran akan pentingnya keberagaman, kerukunan dan pelestarian budaya lokal menjadi modal utama untuk membangun masyarakat yang harmonis. Semoga kegiatan ini menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk terus menggali potensi budaya sebagai perdamaian dan toleransi.
Baca tulisan menarik lainnya di Dedikasi.id!
Penulis : Ayu Candra Dewi
Editor : Riyadus