(DEDIKASI.ID) – Halo, panggil aku Surti mahasiswi tingkat hampir akhir yang penuh akan pikiran random juga penuh tanda tanya. Termasuk tulisan ini, yang tiba-tiba muncul di kepala dan ingin segera kutuliskan. Tidak tahu juga akan diberi judul apa karena tulisan ini muncul sebab tanda tanya yang tiba-tiba muncul di kepala (random sekali bukan?).
Random think-ku kali ini adalah tentang wanita dengan kebiasannya. Lebih spesifik, dengan hal yang setiap bulan menjadi siklusnya, sudah pasti langsung muncul dikepala para pembaca sekalian bukan?
Yap benar sekali, wanita dengan menstruasinya. Mendengar kata menstruasi saja di kepalaku sudah muncul lagi banyak pertanyaan dan pernyataan lain, seperti kenapa harus perempuan yang mengalami haid setiap bulan? kenapa tidak laki-laki saja?.
Jadi wanita itu sulit, waktu haid merasakan sakit-sakit, pinggang, perut bahkan mood yang naik turun, meliuk-liuk kaya lagi naik wahana permainan roller coaster. Seperti itu kira-kira yang langsung masuk ke otak ku yang mungil ini.
Di tulisan ini, aku tidak akan membahas pertanyaan maupun pernyataan yang ku tuai di atas, melainkan aku ingin membahas tentang pertanyaan yang selama ini menghantui ketika aku menstruasi. Pertanyaan yang mungkin juga dialami oleh para pembaca sekalian, yakni tentang kenapa sih wanita dianggap tabu jika menyebutkan kata pembalut, softex, dan alat bantu menstruasi lain di depan laki-laki?.
Bukankah menstruasi itu adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dengan wanita dan menstruasi pasti tidak jauh-jauh dari kata pembalut. Aku pun yakin seluruh laki-laki di muka bumi ini juga tahu bahwa wanita mengalami menstruasi dan menggunakan pembalut. Namun kenapa hingga saat ini wanita tidak bisa dengan bebas menyebutkan kata-kata pembalut di ruang terbuka atau di depan laki-laki seolah-olah menstruasi itu adalah hal yang menjijikan dan tidak bisa didengarkan oleh banyak orang.
Aku mendapati ini tidak sekali dua kali, bahkan berulang kali seperti ketika aku di kampus dan akan mengikuti mata kuliah lalu temanku mengalami menstruasi mendadak. Maka ia akan bisik-bisik bertanya eh kamu bawa pembalut nggak? atau ketika aku di kamar mandi kampus yang hanya ada cewek tapi temanku masih saja bertanya eh kamu bawa roti nggak?. Mereka bersikap seolah menstruasi itu adalah hal yang sangat memalukan apabila diketahui orang lain.
Lalu aku mulai bertanya-tanya apakah benar menstruasi ini adalah hal yang memalukan, atau apakah laki-laki diharamkan mendengar kata pembalut, softex, atau kata aku sedang haid. Walhasil kata-kata pembalut itu terdengar Sangat tabu sekali ketika didengar oleh laki-laki.
Aku tidak setuju realitas ini. Menurutku itu adalah sebuah stigma patriarki yang diturunkan dari masa ke masa hingga saat ini. Menstruasi itu bukan kutukan bukan juga hal yang memalukan lalu kenapa kita harus malu ketika menanyakan dengan gambling. Kenapa kita harus bisik-bisik untuk meminta pembalut ke teman kita. Menstruasi itu hal yang wajar bahkan dibutuhkan oleh tubuh kita, wanita.
Dengan meneruskan kebiasaan atau stigma buruk tentang menstruasi sama saja kita membungkam wanita untuk menceritakan bagaimana siklus menstruasinya. Mungkin secara tidak sadar kita telah membuat wanita menjadi malu untuk mendapatkan edukasi tentang menstruasinya. Hal ini buruk bukan jika terus dilanjutkan?.
Inilah yang mendorong Surti untuk mencoba menulis keresahan ini dengan harapan semoga kita semua dapat melawan stigma buruk terkait pembalut dan menstruasi. Mari kita menjadi wanita-wanita yang sadar bahwa menstruasi itu wajar dan bukan hal yang memalukan maka kita tidak perlu malu untuk bertanya tentang pembalut, softex dan apapun itu yang berhubungan dengan menstruasi. Toh tidak ada ruginya jika laki-laki mendengarkan, tidak haram dan tidak mendapatkan dosa.
Surti juga berharap semoga laki-laki yang membaca ini bisa menjadi support system untuk membuat wanita berbicara lebih terbuka tentang menstruasinya. Contoh kecilnya mungkin ketika ada wanita yang sedang bocor atau darah menembus rok tidak perlu dipermalukan atau mungkin ketika mendengar wanita bertanya kepada wanita lain tentang punya pembalut atau tidak, tidak perlu dibuat guyonan yang membuat wanita menjadi malu.
Baik, terima kasih telah membaca tulisan hasil pikiran random Surti kali ini ya. Mari bersama-sama menghilangkan kebiasaan buruk patriarki yang masih melekat di dalam kehidupan sehari-hari. Sehat selalu.
Baca juga artikel terkait Opini atau tulisan menarik lain di dedikasi.id!
Penulis : Mayang Safitri
Editor : Finaqurrota