(DEDIKASI.ID) – Empat tahun sudah usia Aksi Kamisan Kediri. Untuk memperingatinya, Aksi Kamisan Kediri menggelar pameran arsip dan launching Kamizine Vol.1. Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis (29/2) di Freeya Coffe dengan mengusung tema “Kemarahan Warga, Kehancuran Negara.” Kegiatan yang dimulai pukul 16.00-22.00 WIB ini dihadiri sekitar 20 orang.
Pembukaan diawali dengan pameran arsip foto yang dilakukan saat turun aksi dan dilanjutkan dengan Launching Kamizine Vol.1. Kamizine sendiri merupakan suatu bentuk publikasi beberapa karya para kontributor berupa opini, puisi, lukisan, serta ilustrasi yang tak lain sebagai secuil gambaran dari besarnya fakta yang sedang terjadi di negara ini. Tujuan diadakan kegiatan ini untuk memberi peringatan kepada generasi masa kini agar melek sejarah kelam bangsa Indonesia.
Xenoglossia (bukan nama sebenarnya) mengungkapkan latar belakang diselenggarakan Kamizine agar kita tidak melupakan sejarah untuk masa depan bangsa serta sebagai momen untuk mengabadikan sejarah yang telah terlewat.
“Sebagai bentuk upaya untuk mendokumentasikan atau mengklipping sejarah itu. Seketika saya teringat kata Zen RS “lupa itu tidak akan membebaskan kita, kita tidak boleh melupakan sejarah untuk masa depan,” ujar Xenoglossia pada tim LPM DEDIKASI.
Baca tulisan lainnya
Pada akhir acara dilanjutkan dengan diskusi kamis malam oleh kontributor karya dalam Kamizine Vol.1. Para kontributor diantaranya adalah penulis, seniman, pelajar, dan akademisi wilayah Kediri.
Dalam diskusi tersebut, terdapat siswa yang menuangkan gagasannya di depan para kontributor Kamizine Vol.1. Ia menyuarakan keresahannya bahwa pembelajaran mengenai HAM dalam buku pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKN) yang seharusnya dijelaskan dan dipahami oleh anak sekolah masih minim menggambarkan apa itu HAM yang sebenarnya.
Ia berpendapat bahwa pendidikan dan pemahaman HAM sudah banyak diubah oleh kurikulum yang telah dibuat oleh oknum rezim negara ini. Hal tersebut meliputi makna dan arti yang sebenarnya yang sengaja disembunyikan untuk mencegah tumbuh kembangnya pemikiran kritis. Persoalan tersebut menimbulkan minimnya kesadaran tentang HAM oleh generasi muda saat ini.
“Kalau saya cari-cari di google tentang kurikulum merdeka, pembahasan soal HAM harusnya diajarkan di kelas 11 semester 2. Tapi untuk pembahasan sejarah HAM masih terlalu bias versi pemerintah. Selain itu, saya kira guru-guru dipaksa untuk menjadi konservatif,” ucap siswa tersebut saat diwawancarai oleh tim LPM DEDIKASI.
Andi sebagai layouter rubrik Kamizine Vol.1 sangat mengapresiasi atas penyampaian salah satu siswa yang masih duduk di bangku sekolah tersebut.
“Harapanya terutama untuk pemerintah sebagai penyelenggara dan pemegang kekuasan tertinggi ya diingat lagi lah. Kalau tugas mereka itu sebagai pembantu rakyat yang seharusnya pemerintah melayani rakyat bukan rakyat melayani pemerintah. Jangan ditambah lagi hal-hal yang seenaknya sendiri hanya untuk kepentingan segelintir orang di pemerintahan. Karena yang terpenting itu bukan perut pejabat, tapi semua rakyat,” ujar Andi pada Tim LPM Dedikasi.
Baca tulisan menarik lainnya di Dedikasi.id!
Reporter : Azama, Fhia
Penulis : Noviana
Editor : Lela