(DEDIKASI.ID) – Semua sivitas akademika IAIN Kediri pastilah sudah mengetahui bahwa pucuk pimpinan tertinggi kampus telah berganti. Hari ini, tepat dua bulan sudah Wahidul Anam resmi menjabat sebagai Rektor IAIN Kediri periode 2022-2026. Namun, masih banyak yang belum mengetahui program kerja apa saja yang ia rencanakan selama 5 tahun masa jabatannya nanti.
Pertanyaan-pertanyaan pun bermunculan, khususnya di benak para mahasiswa, lantaran hal ini memang tidak pernah disosialisasikan. Lalu, apa saja pokok-pokok kebijakan rektor baru IAIN Kediri? Akankah ada gebrakan-gebrakan baru yang akan ia laksanakan?
Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, LPM Dedikasi berkesempatan berbincang secara eksklusif dengan Wahidul Anam. Ditemui di ruangannya pada Kamis (09/06), ia menjelaskan bahwa ada beberapa program pokok yang akan dijalankan.
Namun, pada masa kepemimpinannya ini, secara garis besar, ia hanya melanjutkan program kerja yang telah dirancang oleh rektor sebelumnya, Nur Chamid, karena ia sendiri juga turut andil di dalamnya. Berikut beberapa program pokok Rektor Wahidul Anam tersebut:
Pertama, percepatan pengembangan kelembagaan dengan alih status dari IAIN ke UIN. “Saya kira ini sudah menjadi tekat kita semuanya, jadi bagaimana IAIN ini segera menjadi UIN,” ujar Wahidul Anam membuka pembicaraan.
Baca juga
Kedua, pengembangan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Nantinya, setiap mahasiswa dapat mengembangkan diri sesuai dengan minatnya walaupun berbeda dengan bidang studi yang diambilnya. Misalnya, ada mahasiswa program studi (prodi) Ilmu Hadis, tetapi ia ingin belajar teknologi komunikasi, maka ia bisa mengambil beberapa mata kuliah di prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
“Misalnya ada mahasiwa prodi Pendidikan Bahasa Inggris, tetapi dia ingin punya keterampilan berbahasa arab, maka dia bisa mengambil beberapa mata kuliah di prodi Bahasa Arab. Jadi nanti di internal fakultas atau antar fakultas di IAIN Kediri. Tentu ini cukup berat, ya, karena terkait administrasi,” imbuh Wahidul Anam.
Ketiga, pengembangan sarana dan prasarana pendidikan. Wahidul Anam menerangkan, setelah pembangunan gedung Fakultas Ushuludin dan Dakwah, dan gedung perpustakaan yang menggunakan sumber pendanaan dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), akan dibangun lagi sebuah gedung baru yang diperkirakan akan ditempatkan di depan gedung Sport Center (SC) IAIN Kediri.
“Maka di tahun 2023, kita harapkan sarpras kita ini bertambah. Kita usahakan pembangunan Gedung SBSN itu nanti berjalan dengan mulus dan baik unutuk pengembangan sarana pendidikan,” kata dia.
Keempat, mewujudkan kelas internasional. Program ini diutamakan untuk jenjang S1 terlebih dahulu, kemudian untuk S2 dan S3 akan diadakan menyusul. Kelas internasional tersebut rencananya akan menggandeng beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Singapura, dan juga negara-negara di Timur Tengah.
“Jadi, ini ada kaitannya dengan kerja sama Internasional, dimana IAIN Kediri bekerjasama dengan luar negeri. Kalau kerja sama dengan dalam negeri tentu ini kewajiban yang tinggal meneruskan saja apa yang telah dilakukan bapak rektor sebelumnya.” jelasnya.
Baca juga
Kelima, penguatan manajemen kelembagaan yang seluruhnya akan berbasis digital. Rektor baru mencontohkan seperti kelas online yang nantinya tidak hanya menggunakan satu aplikasi saja seperti zoom, tetapi ada sistem yang meliputi itu semua. Namun, ia menegaskan bahwa untuk mencapai manajemen kelembagaan yang berbasis digital, harus ada sinergi dan kerja keras dari dosen dan mahasiswa.
“Nanti mulai dari absensi, kemudian pembelajaran, itu diharapkan berbasis digital semuanya. Kalau ini kuat, maka otomatis kelas-kelas online itu betul-betul online yang berbasis sistem. Tidak hanya online-online-an,” ungkapnya dengan sedikit kelakar.
Keenam, penguatan moderasi beragama berbasis ma’had. Rektor baru mengatakan, nantinya, semua mahasiswa akan masuk ma’had. Namun, ia menuturkan bahwa untuk saat ini masalahnya adalah ma’had IAIN Kediri masih terbatas sehingga belum mampu menampung banyak mahasiswa.
“Walaupun ma’had kita terbatas, tapi sistemnya itu harus berbasis ma’had. Jadi bagaimana caranya? Mungkin nanti untuk semester 1, semester 2, harus ngaji online tiap pagi di rumahnya masing-masing atau menyimak Youtube,” ujarnya.
Terakhir, dalam waktu dekat, prioritas utama yang akan dikejar oleh rektor baru ini, yaitu terdapat banyak dosen yang menduduki kepangkatan tertinggi atau profesor, sehingga akan lebih mudah mewujudkan visi dan misi IAIN Kediri.
“Siapa saja yang memenuhi syarat, kita support jadi guru besar. Apa saja yang perlu dibantu kita lakukan, sehingga nanti dalam waktu tidak terlalu lama, minimal ada 75% dosen yang sudah doktor atau lektor kepala yang menjadi guru besar. Tapi itu tugas berat, ya, bukan tugas gampang,” pungkasnya.
Baca tulisan menarik lainnya di Dedikasi.id
Reporter : Firnas
Penulis : Syafi’i
Editor : Elyza