Site icon DẽDIKASI.ID

Was Wes Wus UIN SWIS ?

Ilustrasi kampus kita. (Ilustrasi: Dedikasi)

Ilustrasi kampus kita. (Ilustrasi: Dedikasi)

(DEDIKASI.ID) – Siapa yang belum dengar soal UIN SWIS? masa? ituloh UIN Syekh Wasil Syamsuddin.

POV mahasiswa; Bukan main, akhirnya Kampus kebanggaan kini benar-benar dapat  dibanggakan.

By the way jumlah UIN atau Universitas Islam Negeri di seluruh Indonesia saat ini menurut data Ensiklopedia ada 29 Universitas. Rata-rata, UIN tersebut merupakan peningkatan status dari IAIN (Institut Agama Islam Negeri). UIN sendiri adalah salah satu bentuk Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia. Sebagaimana diketahui, di Indonesia terdapat tiga jenis PTKIN yaitu Universitas Islam Negeri (UIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).

Yakin tidak yakin kini IAIN Kediri akan beralih status menjadi UIN.

Lantas apakah pantas?

Jadi gini pembaca kesayanganku, sebenarnya setuju sih, cuman keraguan dalam lubuk hati ini kayak eh serius? Apalagi yang memang sudah tau bagaimana keadaan di Kampus kita yang mewah ini yaa bisa dikatakan mepet sawah si…hehehe.

Apalagi kalau yang denger ini si maba alias mahasiswa baru pasti cenderung lebih speechless sih. Lebih bangga waoww baru 1 tahun kuliah udah mau jadi UIN aja nih. Padahal mungkin kalian hanya mengetahui sucinya Kampus saja xixixi.

Kampus udah bagus sih, lumayan. Cuman something yang bikin gak nyaman tuh menurutku masih banyak banget dan bikin makin illfeel. Contohnya suasana kamar mandi yang sangat black and green, minim kipas angin dan ga ada kantin. Sebenarnya kalau mau disebutin semua banyak sih ya, kalau mau.

Lalu kami mahasiswa FUDA yang fakultasnya terbilang jauh pandang dari Kampus 1 harus parkir di padang rumput dan jalan kaki menuju kelas, dan tidak ada lift. Herannya, mau jadi UIN kok nggak ndang dibangun lift. Kemudian yang juga bikin kami mengeluh adalah kondisi kelas yang udah kayak hot in cream (bukan endorse ni yaa) campur balsem rasanya kalau udah masuk ruangan. But jujurly itu semua tertutupi dengan asyiknya berkuliah sambil melihat pemandangan yang agak aneh (hehe kan sesuatu kalau terlewat bagus bisa jadi aneh). Seperti ke kanan penuh dengan sawah, ke samping ada pasar, jalan ke depan ada timbunan sampah! waw sangat lengkap.

Its okey, aku sayang Kampusku. Semoga memang murah dan berkualitas.

Selama 2 tahun semester ini makin dibuat bingung juga dengan kendala-kendala Kampus apalagi isu Dosen Kampus yang tidak jelas dan tak pantas terdengar di gendang telinga mahasiswa. Harusnya kriteria itu masuk gak sih men-temen? Dengan keadaan Dosen yang sebenarnya sangat membuat tidak nyaman mahasiswa eh malah Kampus egois melakukan visitasi UIN.

Beralih dari sefruit curhatanku sebagai mahasiswa FUDA ini temen-temen, kriteria yang harus dipenuhi untuk alih status UIN nih antara lain terkait syarat pemenuhan guru besar dan jumlah mahasiswa. PMA (Peraturan Menteri Agama) 15/2014 mempersyaratkan minimal 15% dari seluruh kepangkatan akademik juga terkait jumlah mahasiswa. PMA mensyaratkan minimal 7.500 mahasiswa agar IAIN bisa bertransformasi menjadi UIN.

“Kriteria ini mesti disesuaikan juga dengan kondisi wilayah keberadaan Kampus. PTK di Jawa dan luar Jawa tidak bisa disamakan,” ujar MENAG Fakhrul Razi, kala itu.

Emm, 7.500 mahasiswa? Banyak mutasi juga ga sih ini kira-kira? Bukan, bukan kira-kira lagi sih ini. Memang baru saja kemarin ada mutasi di kelas kami yang katanya biaya di IAIN Kediri ini lebih terjangkau. So pasti, memang terjangkau toh kita dapatnya juga sesuai rincian biaya yang kita setorkan!

Bicara soal anak yang mutasi nih temen-temen, sebenarnya dia adalah pindahan dari salah satu UIN di Jawa Timur. Tapi, dia pindah ke sini ya karena alasan biaya terjangkau gitu sih. Dan dari sini timbul nih pikiran kami kalau ternyata bagi orang tertentu memang UIN lebih bergengsi ketimbang IAIN ataupun STAIN. Tapi bagi kaum anti menye-menye (kaya aku) sebenarnya sama saja yang penting ilmunya. Namun tetap, secara umum banyak yang lebih memilih UIN daripada IAIN. Contohnya adalah apa yang aku temui kemarin ketika melakukan ekspo Kampus. Dari sekian banyaknya Kampus, yang mengunjungi IAIN Kediri masih minim sekali bahkan hanya minoritas.

Kenapa sih UIN lebih bergengsi daripada IAIN? Toh buktinya aja yang dari UIN juga jebulnya pindah ke IAIN? Bergaya? Atau mungkin numpang nama aja kali ya hehe.

Sebagai penutup, kemarin Dosen kelasku sempat “curhat” mengeluh terkait bagaimana cara agar IAIN ini mampu berkembang, dalam tanda kutip jumlah mahasiswa. Karena sebagai humas, beliau juga merasakan penurunan jumlah mahasiswa Kampus mewah kita ini. Kalau buatku sih, berkembang tapi tidak ada perubahan! Toh sholat aja masih numpang. Kita memang masih belum punya masjid, tapi dengar-dengar sudah ada rencana untuk membangun masjid (kita aminkan saja ya xixixi).

Sangat menakjubkan, memang bukan kaleng-kaleng kampusku satu ini.

Baca juga artikel terkait Opini atau tulisan menarik lain di dedikasi.id

Penulis             : Berliana Nur

Editor              : Finaqurrota

Exit mobile version