Site icon DẽDIKASI.ID

UKM-UKK Sepi Peminat, MENGAPA ?

Ilustrasi aktivitas mahasiswa. (Ilustrasi: Dedikasi)

Ilustrasi aktivitas mahasiswa. (Ilustrasi: Dedikasi)

(DEDIKASI.ID) – Dalam pembahasan perihal organisasi yang banyak jenisnya, mahasiswa kerap kali galau dalam menentukan pilihan. Mengingat setiap orang memiliki hak untuk memilih ruang mana yang nyaman untuk dirinya berekspresi dan mengembangkan kemampuan. Namun, ada juga yang tidak memiliki minat sama sekali untuk mengikutsertakan dirinya dalam berorganisasi karena merasa bahwa dengan mengikuti perkuliahan saja sudah cukup. Lalu ada pula yang berkuliah sambil bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk berorganisasi.

Makin kesini minat mahasiswa untuk mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Khusus (UKK) mulai mengalami penurunan. Fenomena ini patut diperhatikan dalam konteks pendidikan tinggi karena dapat mengindikasikan pergeseran minat dan prioritas mahasiswa dalam mengisi waktu luang mereka di perguruan tinggi. Banyak mahasiswa yang berpikir bahwa dengan mengikuti organisasi hanya akan menambah beban tanggung jawab yang akhirnya akan menghabiskan waktu untuk istirahat dari padatnya tugas perkuliahan.

Seorang social media strategist yang sedang hits akhir-akhir ini mengungkapkan bahwa seorang mahasiswa setidaknya harus memahami tiga hal sebelum memutuskan mengikuti organisasi yaitu apakah mahasiswa butuh skill, koneksi, prestasi atau tidak. Apabila acuan itu sudah dipahami maka setelahnya bisa mengambil suatu keputusan agar nantinya tidak merugikan salah satu pihak dan dugaan-dugaan buruk terhadap pihak organisasi dari subjektivitas mahasiswa itu sendiri.

Faktor-Faktor Menurunnya Minat Mahasiswa Untuk Mengikuti UKM dan UKK.

Pertama, tekanan akademik yang semakin meningkat dalam sistem pendidikan tinggi.Mahasiswa saat ini seringkali dihadapkan pada tuntutan prestasi akademik yang tinggi, termasuk penyelesaian tugas dan proyek kuliah yang menuntut waktu dan energi yang banyak. Akibatnya, mereka cenderung lebih fokus pada pencapaian akademik dan menganggap keikutsertaan dalam UKM dan UKK sebagai hal yang mengganggu prioritas utama mereka. Keinginan mahasiswa untuk memperoleh nilai tinggi dan mencapai kesuksesan akademik seringkali mendominasi keputusan mereka.

Kedua, perubahan minat dan tren sosial mempengaruhi minat mahasiswa mengikuti UKM dan UKK. Perkembangan teknologi dan media sosial membuat mahasiswa lebih tertarik pada aktivitas dan kesenangan yang dapat mereka lakukan secara individual. Mahasiswa cenderung lebih terlibat dalam aktivitas di dunia maya daripada terlibat dalam kegiatan di dunia nyata. Mereka mungkin lebih memilih menghabiskan waktu untuk bersosialisasi secara virtual atau mengikuti tren dan hobi pribadi dari pada bergabung dalam UKM dan UKK yang membutuhkan keterlibatan langsung di lingkungan kampus.

Ketiga, keuangan. UKM dan UKK seringkali membutuhkan kontribusi keuangan dari anggotanya untuk menggelar kegiatan. Mahasiswa yang memiliki keterbatasan keuangan mungkin enggan bergabung karena biaya yang harus dikeluarkan. Mereka lebih memilih menghemat dananya untuk keperluan lain yang dianggap lebih penting.

Namun, meskipun terjadi penurunan minat, peran UKM dan UKK dalam perkembangan pribadi dan keterampilan non-akademik tidak dapat diremehkan. Partisipasi dalam UKM dan UKK dapat membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan kepemimpinan, kerjasama tim, komunikasi, dan kemampuan manajemen waktu. Selain itu, UKM dan UKK juga dapat menjadi tempat untuk menjalin hubungan sosial, memperluas jaringan, dan mencari teman sebaya yang memiliki minat yang sama.

Dilansir dari Pabelan-online.com, Universitas Gajah Mada (UGM) berencana untuk menerbitkan Peraturan Rektor yang akan mengatur tentang rekognisi kegiatan ekstrakurikuler. Tujuan dari peraturan ini adalah untuk mengonversi kegiatan ekstrakurikuler menjadi Satuan Kredit Semester (SKS) yang dapat diakui sebagai bagian dari proses pembelajaran mahasiswa di UGM. Bukankah ini sebuah angin segar bagi para penggerak UKM dan UKK terutama di kampus tercinta kita ini? Karena menurunnya jumlah anggota menjadi pokok penting permasalahan yang harus ditemukan jalan keluarnya. Organisasi harus terus memiliki generasi penerus.

Akankah ada upaya yang akan dilakukan oleh pihak civitas akademik dan jajaran ormawa untuk memberikan jalan keluar atas fenomena ini? Adakah terobosan baru guna merubah cara pandang dan rasa keingintahuan mahasiswa terkait pentingnya berorganisasi? Karna saya pikir hal ini penting diperhatikan, mengingat kampus hijau ini akan mencapai identitas baru.

Baca juga artikel terkait Opini atau tulisan menarik lain di dedikasi.id

Penulis : Ana

Editor : finaqurrota

 

Exit mobile version