(DEDIKASI.ID) – Bentang alam yang terletak di kaki gunung menyimpan banyak sumber mata air tersembunyi. Salah satunya sumber mata air Tretes yang berada di gugusan pegunungan Wilis, tepatnya di ketinggian 536 meter di atas permukaan laut (mdpl). Secara geografis, sumber mata air ini masuk wilayah Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, tepatnya di lingkungan Lebak Tumpang.
Keberadaan sumber ini sangat vital bagi masyarakat Lebak Tumpang. Sekitar 110 kepala keluarga (KK) yang berada di lingkungan tersebut sangat megandalkan kelancaran air dari sumber Tretes. Bagi mereka, sumber Tretes punya nilai penting dalam keseharian mereka, karena dari mata air itulah kebutuhan mandi dan minum mereka terpenuhi.
Di antara wilayah itu, ada satu rukun tetangga (RT) yang sangat bergantung pada mata air ini, yaitu RT 23. Penyebabnya adalah wilayah tersebut berada dekat dengan sumber Tretes. Selain itu, lokasinya yang berada di dataran tinggi atau tanah pegunungan membuat warga juga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air secara swadaya. Tidak mudah menemukan air dengan cara menggali tanah karena butuh ketepatan kedalaman.
“Mau bikin mata air sendiri tidak bisa to, Mas. Kelihatannya di permukaan atasnya tanah, tapi di dalamnya tidak tahu kayak gimana? Tahu-tahu waktu dibor ternyata batu,” ungkap Wawan, salah satu warga Lebak Tumpang, Sabtu (02/07).
Mata air yang keluarnya secara menetes ini berjarak sekitar 3 kilometer (KM) dari pemukiman warga atau sekitar 90 menit berjalan kaki. Kondisi jalan yang melalui lereng Gunung Klotok masih belum diaspal dan tidak rata sehingga cukup menguras tenaga. Namun, kanan kiri jalan diapit oleh pepohonan, sehingga meski siang hari, sinar matahari tidak menyengat.
Nama sumber Tretes sendiri mengacu pada asal mula sumber itu terbentuk. Dari asal katanya, Tretes, yang merupakan bahasa Jawa, bermakna menetes di antara bebatuan. Air sumber ini secara fisik keluarnya menetes di antara bebatuan padas yang ada di sekitarnya.
“Kenapa dinamai sumber Tretes itu, cerita dari mbah-mbah dahulu kala, sumbernya itu setetes demi setetes maka menjadi sungai yang mengalir,” ujar Kudori selaku Ketua RT 23 Kelurahan Pojok saat ditemui di kediamannya, Sabtu (02/07).
Baca Juga
- Goa Selomangleng: Tempat Pertapaan Dewi Kilisuci
- Membuka Mata dan Hati Lewat Student Interfaith Peace Camp Regional Jawa Timur 2022
- Bibit-Bibit Oligarki di Kampus
Sebelumnya, sumber mata air ini dikelola oleh Kudori selaku tokoh masyarakat. Namun, sekarang sudah diambil alih oleh Himpunan Penduduk Penguna Air Minum (HIPPAM) sejaktahun 1994.
“Saya pernah menjabat menjadi ketua pengelola selama 6 tahun. Sekarang yang memegang namanya HIPPAM,” imbuhnya.
Meski begitu, saat ini pemakaian air pemakaian air HIPPAM yang diambil dari Sumber Tretes itu berkurang dikarenakan ada bantuan dari pemerintah kota Kediri berupa penambahan sumber mata air yang terdapat di beberapa titik di wilayah Lebak.
“HIPPAM dulu dipakai dua wilayah, Lebak dan Tumpang. Sekarang, adanya bantuan penambahan sumber mata air di lingkup Lebak sehingga pemakainya berkurang. HIPPAM sekarang mencukupi pemakaian air bersih di wilayah Tumpang,” ungkap Arifin selaku Ketua HIPPAM saat ditemui di kediamannya pada Selasa, (05/07).
Mata air ini juga tak luput dari ancaman kekeringan, terutama saat musim kemarau berkepanjangan. Terakhir, kekeringan di sumber ini terjadi pada 2019. Bila mata airnya kering, warga di lingkup tersebut yang paling terdampak. Namun, sumber mata air yang terletak di wilayah barat daya kota Kediri itu sekarang sudah pulih kembali.
Saat musim hujan, air di Sumber Tretes menjadi berubah warna dikarenakan air yang turun saat hujan tercampur oleh lumpur sehingga menjadikan sumber itu keruh. Debit air pun menjadi deras yang menyebabkan pipa-pipa dan penyaring tandon mengalami kerusakan. Sedangkan, pada musim kemarau, airnya cukup jernih, hanya saja jumlah nya terbatas.
Baca berita menarik lainnya di Dedikasi.id!
Reporter: Gilang
Penulis: Gilang
Editor: Firnas