Site icon DẽDIKASI.ID

Demokrasi di IAIN Kediri Belum Ideal

(Ilustrasi: Noviana)

(Ilustrasi: Noviana)

(DEDIKASI.ID)  – Mahasiswa IAIN Kediri kemarin, Selasa (29/11), merayakan pesta demokrasi. Pendaftaran Daftar Pemilih Sementara (DPS) yang selanjutnya menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan peserta Pemillihan Umum Raya (PEMIRA) telah ditutup. Berdasarkan press release Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) IAIN Kediri, tercatat ada satu partai dan tiga calon independen yang akan berkontestasi dalam PEMIRA tahun ini. Sementara itu, total mahasiswa yang terdaftar sebagai DPT ada 2.690 orang.

“Untuk tahun ini independen ada 3, dari wilayah DEMA Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, calon ketua HMPS Studi Agama Agama dan yang terakhir ketua HMPS PGMI” ujar M. Ainul Yaqin, KPUM IAIN Kediri, Senin (21/11). Sedangkan, partai yang berkontestasi masih sama seperti tahun lalu yakni hanya satu partai, Partai Demokrasi Mahasiswa (PDM).

Baca lainnya

Melihat jumlah DPT yang sedikit, atau hanya 16 persen dari keseluruhan mahasiswa, dan hanya ada satu partai yang ikut dalam PEMIRA, LPM Dedikasi menemui Fajar Sidiq, salah satu dosen program studi Hukum Tata Negara (HTN) IAIN Kediri pada Jumat (25/11) yang lalu.

Ia melihat PEMIRA tahun ini berbeda dengan tahun 2018 ketika ia masih menjadi dosen luar biasa. Saat itu, masih ada kandidat yang masuk ke kelas dan meminta jam untuk kampanye. Sedangkan tiga tahun ke belakang ini, euforianya terasa kurang. Poster-poster kandidat pun juga tidak terlihat lagi.

“Pemiranya semakin kesini kok tidak keliatan, tidak ada kayak debat-debat,” jelas Fajar. Ia menambahkan, seharusnya ada mimbar terbuka yang dapat disaksikan oleh seluruh mahasiswa, walaupun KPUM sendiri sudah membuat kegiatan yang mirip debat kandidat, yaitu “Dialogis dan Monologis” pada hari Senin (21/11) yang lalu.

Baginya, PEMIRA harusnya dapat menjadi media pembelajaran bagi semua mahasiswa, dari yang aktivis, sampai yang “kupu-kupu” (kuliah-pulang kuliah-pulang). Karena nantinya, jika sudah terjun ke masyarakat, mahasiswa menjadi tidak kaget dengan dinamika politik yang ada.
Menanggapi banyaknya kandidat yang melawan kotak kosong, ia mengatakan hal itu dapat menjadikan demokrasi tidak ideal. Analogi yang dipakai seperti pada negara. Dalam teori trias politica, ada lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Menurutnya, saat lembaga-lembaga tersebut, utamanya eksekutif dan legislatif, berisi orang dari partai yang sama akan mengakibatkan ketidakseimbangan.

“Sehingga idealnya 2 lembaga ini dari 2 kubu yang tidak sama, sehingga cheks and balancenya nanti jalan. Meski dinamika di parlemennya akan sedikit rame, ya itu sebuah hal yang wajar,” ungkap Fajar.

Kemudian, dengan melihat data dari PEMIRA dua tahun ke belakang, mahasiswa yang memilih selalu tidak lebih dari 3000 orang. Tahun 2020 ada 2154 orang dan tahun 2021 ada 1539 orang. Dari data tersebut, ia menilai iklim demokrasi di sini tidak bisa dikatakan baik karena banyak mahasiswa yang tidak berpartisipasi. Hal yang ditakutkan dengan minimnya partisipasi mahasiswa ini adalah tidak tertampungnya aspirasi mahasiswa dengan baik.

Ia berharap PEMIRA tahun depan akan lebih ramai lagi. Euforia yang dihadirkan lebih kelihatan lagi, seperti pemasangan spanduk dan poster kampanye harus diperbanyak. Walaupun sudah berkampanye di media sosial, tetapi baginya masih kurang ideal.

“Paling ideal, demokrasi, kalau menurut saya yang paling kelihatan mata. Temen-temen dosen bisa melihat, pejabat rektorat bisa melihat itu. Kalau ada banner dan lain-lain, kan, euforianya jadi bener-bener kelihatan,” ujar dosen lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawjijaya tersebut.

Ia menambahkan, nantinya, semoga muncul partai-partai lain di PEMIRA berikutnya, sehingga kontestasi akan terjadi. Selain itu, untuk menilai kandidat itu baik atau tidak, harus ada pembandingnya.

Dari mahasiswa sendiri berharap nantinya kandidat yang terpilih dapat amanah menjalankan tugasnya dan tidak lupa terhadap janji dan visi misinya ketika kampanye.

“Misalnya di tengah jalan kok menyeleweng, ya, jangan lupa harus kita kawal,” ujar Anton (bukan nama sebenarnya), salah seorang mahasiswa semester 7 pada Selasa, (22/11).

Baca tulisan menarik lainnya di Dedikasi.id!

Penulis: Azizi, Ketu, Syafi’i
Editor: Maulana

Exit mobile version